Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Niceli dalam Cerpen Keluar; Yetty A.KA

Ia masih ingat bunyi mangkuk jatuh. Itu mangkuk kesayangannya. Mangkuk yang tidak boleh pecah. Tapi semua sudah terjadi. Pecahan-pecahan mangkuk itu bahkan masih berserakan di lantai saat ia meninggalkan rumah. Mangkuk Niceli pecah Norm! Apa yang akan kau lakukan? Keluar, salah satu cerpen karangan Yetty A.KA penulis asal Padang, Sumatera Barat ini dimuat di koran Tempo, 22 Juni 2014. Yetty A.KA membuat saya terlena akan tuturannya. Beberapa waktu lalu saya disarankan untuk membaca cerpen ini. Awalnya saya sangat asing pada penulis ini, namun beberapa jam yang lalu sebelum tulisan ini dibuat, rupanya saya sempat membaca cerpen penulis yang lain beberapa bulan lalu. Cerpen ini diawali dengan mangkuk pemberian Norm−salah satu tokoh yang ada di cerpen ini yang diberikan pada Niceli pecah. Mangkuk itu berserakan. Yetty A.KA menuliskan bahwa suatu hal yang berharga bisa berawal dari hal sepele, semisal dalam cerpen ini, hanya karena mangkuk yang diberikan Norm pada Niceli memb...

Stres; Lepaskan Kepalaku! dalam Cerpen Bakdi Soemanto; Kepala

APA yang akan terjadi jika kepala mu terlepas? Atau apa yang akan kau lakukan saat kepalamu terlepas? Saya bertanya pada kawan dekat saya, sebagian dari mereka menjawab ‘mati’ sebagian lagi malah menertawakan. Katanya saya sedang bercanda. Tapi sungguh, kau tahu? Saya tidak sedang bercanda. Bakdi Soemanto yang membuat pertanyaan itu menyeruak. Dia seorang penulis asal Solo. Dalam cerpennya yang berjudul ‘Kepala’, cerpen yang sempat dimuat di koran Kompas pada tanggal 15 April 1984 ini menarik perhatian saya. Saat membaca pembukaan cerpen ini, saya sempat berpikir untuk tidak melanjutkan membaca cerpen lebih lanjut. Cerpen ini tidak memiliki hal yang mudah untuk dicerna. Kita sebagai pembaca dipaksa untuk memikirkan jalan keluar bagi masalah yang sedang terjadi pada tokoh utama. Bagi saya, cerpen ini memiliki sisi yang unik untuk dikaji. Baiklah saya akan mengulas sedikit cerpen Bakdi Soemanto ini. Cerpen ‘Kepala’ yang dimuat di koran Kompas ini membuat saya bertanya-tanya. ...