APA yang akan terjadi jika kepalamu terlepas? Atau apa yang
akan kau lakukan saat kepalamu terlepas?
Saya bertanya pada kawan dekat saya,
sebagian dari mereka menjawab ‘mati’ sebagian lagi malah menertawakan. Katanya
saya sedang bercanda. Tapi sungguh, kau tahu? Saya tidak sedang bercanda. Bakdi
Soemanto yang membuat pertanyaan itu menyeruak. Dia seorang penulis asal Solo.
Dalam cerpennya yang berjudul ‘Kepala’, cerpen yang sempat dimuat di koran Kompas
pada tanggal 15 April 1984 ini menarik perhatian saya.
Saat membaca
pembukaan cerpen ini, saya sempat berpikir untuk tidak melanjutkan membaca
cerpen lebih lanjut. Cerpen ini tidak memiliki hal yang mudah untuk dicerna.
Kita sebagai pembaca dipaksa untuk memikirkan jalan keluar bagi masalah yang
sedang terjadi pada tokoh utama. Bagi saya, cerpen ini memiliki sisi yang unik
untuk dikaji. Baiklah saya akan mengulas sedikit cerpen Bakdi Soemanto ini.
Cerpen ‘Kepala’
yang dimuat di koran Kompas ini membuat saya bertanya-tanya. Kenapa harus
kepala? Kenapa tidak hal yang lain?
Tiba-tiba ketika
saya mengangkat gelas dan minum, Ibu Tinny bereaksi aneh, demikian pula Ibu
Tutty. Ternyata gelas itu milik Ibu Tutty, tetapi yang saya tidak dapat
memahami, saya yakin bahwa itu gelas saya sendiri, yang baru separo saya minum.
Reaksi mereka semakin menghebat ketika saya mengambil pisang goreng yang
tinggal separo.
Penulis
membuat saya bertanya-tanya lagi, apa yang sebenarnya ingin penulis sampaikan.
Kepala
saya, sementara itu, bertambah pening, bahkan mata mulai berkunang-kunang.
Langsung kepala saya saya pegang, tetapi aneh, Ibu Tutty berteriak, dan tangan
saya ditamparnya. Rupanya saya memegang kepala Ibu Tutty, yang saya yakini
sebagai kepala saya sendiri.
Rupanya Bakdi Soemanto
menghadirkan sebuah stres yang bisa diderita oleh siapapun dalam bentuk yang
lain. Cerpen ini berkisah tentang tokoh utama yang merupakan seorang juru ketik
professional. Tiga bulan lalu, tokoh ‘saya’ mengalami
kejadian yang tidak masuk akal. Kejadian itu terjadi saat dia ditunjuk sebagai
penulis di sebuah rapat dalam rangka keamanan kampung.
Menurut KBBI V, stres
merupakan gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh factor
luar; ketegangan.
Bakdi Soemanto
mengemas cerita ini dengan unik. Pandangan saya, stres akan membuat kita
tidak fokus akan suatu hal diperkuat dengan cuplikan yang diungkapkan si
penulis. Selain itu, saya berpandangan bahwa penulis ingin membuat si pembaca
percaya perihal kepala yang bisa dilepaskan seenaknya.
Malam
itu saya meminta bantuan istri saya untuk melepaskan kepala dari tubuh saya.
Istri saya bengong mendengar permintaan saya.
“Ayo,”
kata saya, “lepaskan kepala itu,” saya menyodorkan kepala saya.
Pada akhirnya, lepaskan kepalaku! Yang diungkapkan dalam cerpen ini. Dan matilah kau jika kepalamu terlepas! Jadi
jangan sekali-kali melepaskan kepalamu.
Komentar
Posting Komentar